Ranah otomotif elektrik di Nusantara semakin menunjukkan geliatnya, dengan potensi pasar yang sangat luas dan terus berkembang. Para pabrikan otomotif global menyoroti berbagai faktor pendorong yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar paling menjanjikan untuk kendaraan listrik (EV) di kawasan ini. Kombinasi dukungan pemerintah, pertumbuhan adopsi yang pesat, dan ketersediaan sumber daya alam esensial menjadi alasan utama di balik optimisme ini.
Sejak tahun 2019, pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Berbagai regulasi, insentif pajak, dan upaya pembangunan infrastruktur pengisian daya telah digalakkan untuk mempercepat transisi menuju mobilitas yang lebih hijau. Dukungan regulasi ini memberikan kepastian investasi bagi para produsen dan menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap masa depan kendaraan listrik di Indonesia, memperkuat ranah otomotif elektrik nasional.
Data menunjukkan bahwa adopsi EV di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Dari tahun 2021 hingga 2022, terjadi lonjakan adopsi kendaraan listrik hingga 1.000 persen. Angka pertumbuhan ini bahkan melampaui kecepatan adopsi EV di pasar Tiongkok pada fase awal perkembangannya. Dalam waktu kurang dari lima tahun, pasar EV Indonesia telah berhasil meraih pangsa pasar 2 persen dari total penjualan kendaraan, sebuah prestasi yang sangat impresif mengingat usia pasar yang relatif baru. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral per tanggal 20 Mei 2024, jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang beroperasi di seluruh Indonesia telah mencapai lebih dari 1.200 unit, mendukung percepatan transisi ini.
Selain dukungan pemerintah dan percepatan adopsi, Indonesia juga diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah, khususnya nikel. Cadangan nikel, yang merupakan komponen krusial dalam produksi baterai EV, diperkirakan mencapai 17 miliar ton di Indonesia. Kekayaan sumber daya ini menempatkan Indonesia pada posisi strategis untuk membangun rantai pasok EV yang terintegrasi, mulai dari penambangan bahan baku hingga produksi baterai dan perakitan kendaraan. Namun, para pabrikan juga menekankan pentingnya investasi lebih lanjut dalam pembangunan fasilitas pemrosesan prekursor, yang saat ini masih belum tersedia secara memadai di dalam negeri.
Dengan faktor-faktor pendorong tersebut, ranah otomotif elektrik di Indonesia diyakini akan terus meluas dan berpotensi menjadi salah satu pasar dan basis produksi EV terbesar di dunia. Konsistensi kebijakan dan investasi strategis akan menjadi kunci untuk merealisasikan potensi penuh ranah otomotif elektrik Nusantara.