Visi futuristik tentang kendaraan yang dapat bergerak sepenuhnya tanpa campur tangan manusia—dari titik A ke titik B dalam kondisi apa pun—dikenal sebagai Mengemudi Otonom Level 5. Tingkat otonomi ini merupakan puncak dari sistem self-driving yang didefinisikan oleh Society of Automotive Engineers (SAE), di mana mobil tidak memerlukan setir, pedal gas, maupun rem, dan dapat beroperasi di setiap jenis jalan dan cuaca. Sementara beberapa negara maju telah menguji Mengemudi Otonom Level 3 atau 4 di zona terbatas, implementasi penuh Mengemudi Otonom Level 5 di jalanan yang kompleks dan dinamis seperti Indonesia masih menghadapi rintangan besar, mulai dari infrastruktur hingga regulasi.
Memahami Lima Level Otonomi
Penting untuk membedakan antara level otonomi saat ini dan Level 5. Saat ini, banyak mobil premium di Indonesia sudah dilengkapi fitur Level 2 (seperti Adaptive Cruise Control dan Lane Keeping Assist), di mana pengemudi harus selalu siap mengambil alih kendali. Level 5, sebaliknya, adalah kondisi “supir robot,” di mana sistem dapat menangani semua tugas berkendara sepanjang waktu tanpa pengawasan manusia.
Untuk mencapai Level 5, sistem harus mampu:
- Menavigasi dalam Berbagai Cuaca: Termasuk hujan lebat tropis yang mengurangi visibilitas sensor.
- Merespons Situasi Tidak Terduga: Seperti perilaku pengendara motor yang tidak terduga atau pedagang kaki lima yang tiba-tiba menyeberang.
Tantangan Regulasi dan Infrastruktur Indonesia
Jadwal resmi untuk implementasi Mengemudi Otonom Level 5 di Indonesia belum ditetapkan. Menurut analisis yang dipublikasikan oleh Pusat Kajian Transportasi dan Logistik pada Desember 2024, terdapat dua tantangan utama di Indonesia:
- Regulasi: Perlu ada amandemen Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ) yang secara spesifik mengatur pertanggungjawaban hukum jika terjadi kecelakaan yang melibatkan mobil Level 5. Saat ini, kepolisian masih berpegangan pada regulasi yang menempatkan pengemudi manusia sebagai penanggung jawab utama.
- Infrastruktur Digital dan Fisik: Mengemudi Otonom Level 5 memerlukan peta resolusi tinggi (HD Mapping) yang sangat akurat, yang mencakup detail setiap marka jalan dan rambu. Selain itu, diperlukan infrastruktur komunikasi Vehicle-to-Everything (V2X) yang didukung jaringan 5G yang stabil di seluruh wilayah. Pemasangan sensor dan transmitter V2X diperkirakan memerlukan investasi infrastruktur miliaran rupiah dan baru dapat dicapai secara merata pada tahun 2035.
Prediksi Waktu Implementasi
Meskipun perusahaan teknologi global terus berinvestasi, kehadiran Level 5 di pasar komersial Indonesia diprediksi baru akan dimulai secara bertahap dalam bentuk Robo-Taxis yang beroperasi di zona-zona terbatas (geofenced) seperti kawasan Central Business District (CBD) atau bandara, paling cepat pada periode 2030-2035. Implementasi penuh di seluruh kota dan jalan tol membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan masalah infrastruktur, regulasi, dan biaya sensor Lidar yang masih mahal.