Pasar otomotif nasional telah menghadapi stagnasi yang berkepanjangan selama hampir satu dekade, dengan angka penjualan yang cenderung datar di kisaran 1 juta unit per tahun. Dalam menghadapi tantangan ini, Inovasi Harga Kendaraan elektrik (EV) muncul sebagai strategi krusial untuk memicu kembali pertumbuhan dan mengakhiri kelesuan yang ada. Artikel ini akan membahas mengapa penekanan pada keterjangkauan harga EV adalah kunci utama untuk membangkitkan kembali pasar otomotif Indonesia.
Stagnasi penjualan mobil domestik sejak tahun 2013 menjadi perhatian serius. Meskipun kapasitas produksi industri otomotif nasional mencapai 2 juta unit, angka penjualan riil jauh di bawah potensi tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kesenjangan antara produk yang ditawarkan dengan daya beli dan preferensi pasar. Pengalaman sukses program Low Cost Green Car (LCGC) di masa lalu menjadi bukti nyata bahwa Inovasi Harga Kendaraan yang tepat dapat secara signifikan mendongkrak penjualan. LCGC berhasil menarik segmen pasar yang luas dengan harga yang lebih terjangkau.
Kini, di tengah tren elektrifikasi global dan komitmen Indonesia terhadap tujuan keberlanjutan, mobil listrik (EV) dipandang sebagai masa depan transportasi. Namun, harganya yang masih relatif tinggi menjadi penghalang utama bagi adopsi massal. Mayoritas pembeli mobil di Indonesia berada pada rentang harga Rp 300 juta hingga Rp 400 juta. Jika harga EV tidak dapat menembus segmen ini, potensi pertumbuhan pasar akan sangat terbatas. Dalam sebuah forum diskusi virtual yang diadakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada hari Selasa, 4 Maret 2025, Bapak Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menegaskan, “Untuk mendorong pertumbuhan pasar, Inovasi Harga Kendaraan listrik harus dilakukan secara agresif agar lebih kompetitif dan menarik minat konsumen.”
Pemerintah Indonesia telah dan akan terus mengeluarkan berbagai kebijakan insentif untuk mendorong Inovasi Harga Kendaraan listrik. Ini termasuk subsidi pembelian, pembebasan pajak barang mewah, hingga dukungan terhadap pengembangan ekosistem rantai pasok baterai lokal. Tujuannya adalah untuk menekan biaya produksi secara keseluruhan, sehingga harga jual EV dapat lebih terjangkau bagi masyarakat luas. Sebuah laporan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada Februari 2025 memproyeksikan bahwa dengan berbagai insentif ini, harga rata-rata EV di segmen menengah dapat turun hingga 20% pada akhir tahun 2025.
Selain insentif, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga riset juga menjadi kunci. Pada hari Kamis, 13 Maret 2025, misalnya, tim dari Politeknik Manufaktur Astra bekerja sama dengan produsen EV lokal untuk meneliti material alternatif yang lebih efisien biaya. Bahkan, petugas kepolisian dari Divisi Humas Polri, Kompol Aditya Pratama, dalam sebuah acara sosialisasi keselamatan berkendara pada Minggu, 6 April 2025, juga menyampaikan informasi mengenai kemudahan dan keuntungan memiliki kendaraan listrik, termasuk efisiensi biaya operasional jangka panjang. Dengan Inovasi Harga Kendaraan listrik yang berkelanjutan dan dukungan ekosistem yang kuat, diharapkan pasar otomotif nasional akan kembali menemukan momentum pertumbuhannya.